Home » » KETAATAN TOTAL (Part 1)

KETAATAN TOTAL (Part 1)

Written By Meshanstory.blogspot. com on Tuesday 29 October 2013 | 05:15

            Berbicara mengenai ketaatan total, Tuhan pernah benar – benar menguji aku dalam hal ini beberapa kali. Berjalan di dalam ketaatan total kepada Tuhan, bagi aku bukanlah sebuah perkara mudah. Karena tidak bisa dipungkiri kedagingan dan pikiran terkadang berkecamuk. Dilalui dengan airmata, korban perasaan juga, serta berbagai tekanan demi tekanan yang datang dari sekeliling aku. Disini aku akan membagikan beberapa kesaksian dalam hidupku, yang menurutku cukup berkesan dalam hidup aku. Aku akan membagikan-nya dalam beberapa bagian.

Ketaatan ku kepada Tuhan di uji untuk pertama kalinya (Bagian pertama)
            Saat itu kira – kira sekitar tahun 1999 dan aku masih duduk dibangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Saat itu bisa dikatakan aku baru saja mengalami kasih mula – mula kepada Tuhan Yesus. Aku baru saja di baptis tahun 1998 dan belum genap 1 (satu) tahun aku dibaptis, disitulah untuk pertama kalinya iman aku benar – benar di uji.
            Aku bukan berasal dari keluarga yang percaya kepada Kristus. Keluargaku menganut kepercayaan menyembah patung dewa – dewi. Menurut tradisi mereka, dalam setiap tahunnya ada yang namanya sembahyang kubur atau leluhur. Disetiap tahunnya biasanya sembahyang kubur ini dilakukan hanya oleh Papaku dan adiknya tanpa mengajak seluruh keluarga. Mereka menyembahyangi orang tuanya yang telah meninggal beberapa tahun silam. Tetapi tidak pada tahun 1999. Kala itu Papa-ku secara tiba – tiba mengajak seluruh keluarga, baik seluruh keluarganya maupun seluruh keluarga adiknya. Ini untuk pertama kalinya seluruh keluarga diminta ikut. Waktu aku mendengar hal itu, aku cukup terkejut dan langsung masuk ke kamar. Di dalam kamar pikiranku mulai berkecamuk, “Ooo…Tuhan…bagaimana ini..?? Aku sudah dibaptis dan aku tahu kalau orang yang sudah dibaptis tidak boleh lagi menyembah berhala..!!”, “Tuhan, aku ga mau ikut sembahyang..!”, “Tuhan, tolong aku..!!”, seru aku kepada Tuhan kala itu. Masa untuk pergi sembahyang kubur masih ada beberapa hari, dan aku masih punya waktu bergumul kepada Tuhan tentang antara keluarga dan Tuhan, mana yang harus aku pilih. Aku saat itu masih dapat dikatakan sebagai bayi rohani yang baru lahir, tapi sudah harus dihadapkan kepada tantangan seperti ini. Aku sempat tawar – menawar dengan dengan Mamaku, sebab aku tidak berani bicara langsung dengan Papaku, karena aku tahu bagaimana temperamen Papaku. Mamaku mengatakan bahwa aku harus ikut, dan tidak ada salahnya aku ikut sembahyang karena hanya sebentar saja, dan juga mengatakan kalau sepupuku juga ikut. Sedikit informasi, sepupuku ini, dia masih baru di dalam Tuhan, belum ada setahun dia mengenal Tuhan dan belum sampai tahap dibaptis seperti aku. Secara manusia aku sempat berharap kalau sepupuku bisa sejalan dengan aku pikirannya, yang dimana barang siapa yang sudah mengenal Kristus, dia tidak lagi melakukan penyembahan berhala. Mengenai keikut-sertaan 1 (satu) keluarga ini untuk sembahyang kubur, benar – benar menguji iman dan ketaatanku kepada Yesus.
Aku terus berdoa dan bergumul berharap mujizat dapat terjadi. Tetapi apa yang terjadi? Sampai hari H-nya tidak ada terjadi mujizat apapun untuk aku dapat batal ikut. Akhirnya aku pun ikut ke tempat sembahyang kubur. Dari mulai perjalanan sampai ditempat tujuan di Cilincing – Jakarta Utara, tak henti - hentinya aku berdoa terus kepada Tuhan. “Tuhan, aku tidak mau ikut sembahyang…!! Tuhan, kalau Kung-Kung dan Pho-Pho aku baru meninggal hari ini, okelah aku ikut sembahyang, tidak apa-apa sebagai penghormatan terakhir, tapi ini kaaaan…. mereka meninggal sudah beberapa tahun lalu, bahkan Kung-Kung meninggal sebelum aku lahir….jadi tidak mungkinlah aku sembahyangi mereka…!!” seru aku kepada Tuhan di dalam batin. Di dalam setiap seru ku, aku tidak mendengar Tuhan menjawab ku. Ha.ha.ha…J mungkin bukan Tuhan tidak menjawab tetapi mungkin karena aku belum mengerti bagaimana mendengar suara Tuhan.
            Setibanya disana, sambil menunggu mereka menyiapkan meja sesaji, aku senantiasa keluar dari ruangan, tetapi selalu dicari dan disuruh masuk…ha.ha.ha… Perasaan aku saat itu sudah campur aduk seperti permen Nano – Nano. Hingga akhirnya semua telah siap tersaji. Kami semua diminta untuk berdiri sejajar dihadapan meja sesaji dan foto orang yang hendak disembahyangi. Aku melihat raut muka Papa ku sudah mulai tampak kesal karena tingkah laku aku yang keluar masuk ruangan. Papa aku mulai membagikan hio-nya kepada kami semua tanpa terkecuali. Otomatis hio tersebut pun ada di tanganku juga. Perasaanku semakin campur aduk tidak karuan kala itu, sambil berkata kepada Tuhan di dalam hati, “Tuhan, aku tidak mau sembahyangi Kung - Kung dan Pho – Pho, Tuhan…tolong aku dan kuatkan aku..!”. Akhirnya Papa aku memberi komando untuk memulai ritual sembahyangnya kepada kami semua. Saat itu aku masih berpikir bahwa sepupuku juga akan seperti aku untuk tidak ikut melakukan ritual sujud sembah, tapi ternyata…. Saat mereka mulai membungkukkan badan, hanya aku seorang yang terlihat masih berdiri tegak tanpa ikut sujud sembah dan sepupuku akhirnya memilih ikut bersujud sembah. Dan Papa aku tahu bahwa aku hanya terpaku diam ditempat tanpa mengikuti gerakan demi gerakan seperti yang mereka lakukan untuk menyembahyangi leluhurnya. Otomatis terlihat sangat jelas raut muka Papa aku yang tampak menahan marahnya terhadap aku saat dia mengambil kembali hionya dari tangan aku. Dan aku pun hanya dapat menahan tangis ku sambil berkata kepada Tuhan di dalam hati, “Tuhan, aku telah memilih-Mu, terima kasih untuk penyertaan dan kekuatan yang Kau berikan. Tuhan, aku tidak ikut sembahyang. Tuhan, tolong aku karena Papa tampak marah sekali sama aku.”
            Setelah ritual sembahyang selesai, mereka kembali merapikan semua meja sesaji dan bersiap untuk pulang. Oh…God…terlihat sekali muka Papa aku yang menahan marah kepadaku. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Papa hanya terdiam, tidak berbicara apa – apa. Dan setelah itu, apa yang terjadi? Papa benar – benar memulai aksi marahnya kepada aku +/- selama 2 bulan. Papa tidak mau bicara kepada aku selama 2 bulan itu. Setiap kali aku pamit keluar rumah, pamitan aku tidak pernah dijawabnya. Setiap aku mencoba Tanya sesuatu, tidak dijawabnya pertanyaanku. Setiap ada telepon masuk untuk aku, Papa memanggilku dengan suara yang keras layaknya orang marah. Selama 2 bulan itu juga aku sempat terintimidasi, tapi puji nama Tuhan, Dia senantiasa meneguhkan aku bahwa apa yang telah aku lakukan adalah benar. Dan apa yang aku alami selama 2 bulan itu menjadi sebuah harga mahal yang harus aku bayar untuk sebuah ketaatan aku kepada Tuhan. Puji Tuhan, setelah 2 bulan Papa perlahan – lahan sudah dapat menerima apa yang telah terjadi. Papa sudah mulai mau menjawab pamitan aku bila aku hendak keluar rumah dan aku melihat kemarahannya berangsur – angsur mulai reda. Puji Tuhan doa aku mengubah atmosfir rumah, khususnya Papa.
            Aku secara pribadi menganggap bahwa kejadian ini merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dan tidak dapat aku lupakan. Mengapa? Karena peristiwa ini terjadi saat dimana aku masih sangat bayi rohani, usia aku saat itu baru mau beranjak 15 tahun, belum genap 1 tahun dibaptis dan tidak sempat berkonsultasi dengan kakak – kakak rohani di gereja mengenai masalah yang aku hadapi ini. Tapi Tuhan menyertai aku dan menguatkan aku sehingga aku tahu keputusan yang harus aku ambil, yaitu memilih untuk taat kepadaNya.
Yohanes 14:15 berkata,
"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Ya Tuhan Yesus ku, Engkau yang telah memilih Aku,
Engkau yang telah menjadi Juruselamat ku,
Ya aku mengasihi-Mu dan aku mau menuruti segala perintah-Mu.
Terima kasih Engkau telah menjadi Tuhan dan Raja dalam hidupku.
Amin

            Dari peristiwa ini, ada berkat yang aku terima setelahnya dan aku menyakininya sebagai pembelaan Tuhan atas ketaatan hidupku kepadaNya. Berkat tersebut adalah (1) sembahyang kubur itu ternyata menjadi sembahyang kubur yang terakhir, hingga hari ini aku tidak tahu mengapa hal itu terjadi dan aku pun tidak pernah bertanya kepada Papa aku mengenai hal ini. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu, yang hanya aku tahu adalah tahun – tahun berikutnya tidak pernah ada lagi yang namanya pergi untuk sembahyang kubur. Haleluya..!! (2) Orang tua aku sudah dapat menerima bahwa aku adalah seorang Kristen, yang sudah dibaptis dan tidak memakan makanan sembahyangan. Jadi setiap kali mereka ada sembahyangan rutin dirumah setiap bulannya yang menggunakan kue atau buah – buahan, mereka akan memisahkannya untuk aku antara kue atau buah – buahan yang menjadi sembahyangan dan yang bukan. Tentunya yang bukan untuk sembahyangan adalah jatah untuk aku…ha.ha.ha…terpujilah nama Tuhan Yesus…Amiiiin…!!!

Mazmur 37:5 - 6
Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN
dan percayalah kepada-Nya,
dan Ia akan bertindak;
Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang,
dan hakmu seperti siang.


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. BTT Ministry - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger