“Ah! Hari ini ulangan susah banget sih...dan juga kenapa sih gue bisa
pake acara lupa segala apa yang udah gue pelajarin!!”keluh Ardi kesal sambil
membuang tasnya ke atas kasur. “Kenapa sih Tuhan ngga tolongin gue, kan tadi
gue dah berdoa...!!??”tanya Ardi sama Tuhan, “Katanya Allah dasyat, katanya ga
ada yang mustahil buat Tuhan, tapi kok malah kaga ada keajaiban yang terjadi
sama gue tadi?”masih kata Ardi dengan suasana hatinya yang masih kesal.
*** (disekolah)
“Ardi, habis ini loe ikut PD (Persekutuan Doa) ga?”tanya Irvan, “Gue ikut, loe
ikut kan?”tanya Ardi balik, “So pasti, man..!”jawab Irvan sambil
merapikan bukunya. “Oya Di, sekalian tuh ajak Metha, Suvi sama Rusdi!”kata
Irvan, “Beres bos!!”jawab Ardi. Kemudian Ardi mengajak ketiga temannya; Metha,
Suvi dan Rusdi untuk mengikuti PD yang diadakan disekolahnya setiap hari Jum’at
setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Demikianlah setiap minggunya mereka
selalu hadir didalam PD yang diadakan disekolah. Ardi termasuk orang yang rajin
ikut dalam persekutuan baik disekolah maupun persekutuan digerejanya yang
diluar hari minggu yakni persekutuan komsel yang diadakan dirumah Irvan. Namun
terkadang jika sesuatu hal yang agak buruk terjadi dalam hidup Ardi, dia kerap
kali menyalahkan Tuhan yang dianggapnya terkadang tidak adil terhadapnya.
Ucapan syukur hanya keluar dari mulutnya jika kehidupannya baik dan penuh
dengan berkat. Irvan adalah sahabat karibnya yang senantiasa sabar menuntun dan
memberikan dukungan kepada Ardi jika imannya lagi goyah. Metha, Suvi dan Rusdi
adalah sahabat dekat Ardi dan Irvan yang dikenalnya setelah mengikuti Ospek
ketika mereka masuk ke SMUK Fajar Harapan. Berhubung rumah mereka saling
berdekatan, maka seminggu sekali mereka mengadakan komsel dirumah Irvan.
Di dalam
komsel, Ardi berkenalan dengan Nia tetangga Irvan. Tapi secara fisik Nia
berbeda dengan anggota komsel lainnya karena pada usia 5 bulan Nia terserang
suatu penyakit yang cukup parah yang mengakibatkan kerusakan pada saraf matanya
yang membuatnya tak bisa lagi melihat isi dunia ini. Namun karena didikan
orangtuanya, Nia tumbuh menjadi anak yang dewasa sehingga dia dapat menerima
keadaan dirinya dan kehidupannya selalu dipenuhi dengan ucapan syukur.
Kehidupan mereka sehari-hari yakni Irvan, Ardi, Rusdi, Metha, Suvi dan Nia
terjalin dengan baik bahkan saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
*** Pada
suatu hari dokter memvonis bahwa Ardi mengidap penyakit kanker paru-paru dan
diperkirakan Ardi hanya mampu bertahan hidup ± setahun. Pernyataan dokter
membuat Ardi shock seakan-akan tak percaya bahwa penyakit yang paling ditakuti
oleh manusia dan belum ada obatnya ini bisa berada didalam tubuhnya. Berbagai
pertanyaan ‘mengapa’ muncul didalam benaknya. Di hari minggu ini, sepanjang
hari Ardi hanya berada dikamarnya sambil memikirkan penyakit yang ada didalam
dirinya. “Tuhan, kenapa Kau memberikan penyakit yang berat buat aku, padahal
aku selalu setia kepadaMu. Aku selalu ikut dan hampir tidak pernah absen baik
didalam kebaktian maupun komsel, bahkan setiap hari aku selalu berdoa padaMu,
tapi......kenapa jadinya seperti ini..???”tanyanya pada Tuhan. “Mengapa Kau
tidak adil padaku? Mengapa bukan berkat yang Kau berikan? Aku masih ingin
hiduuup...Masih banyak hal yang masih ingin aku lakukan...aku tidak mau
matiiii....!!!”katanya sambil menangis.
Hari
berganti hari dilewati Ardi dengan perasaan takut mati dan selalu menghitung
sisa hidupnya. Hingga akhirnya 2 bulan berlalu dan Ardi tidak pernah
menceritakan tentang penyakitnya kepada teman-temannya. Pada suatu hari didalam
komsel dan pada bagian sharing, Irvan bertanya pada Ardi, “Ardi, gue perhatiin
disetiap persekutuan sepertinya loe ngga ada semangat, kenapa?”, “Iya Di, loe
kenapa sih, lama-lama kayaknya gue perhatiin loe mulai menjauh dari kita-kita
dah gitu sering ga hadir di PD sekolah, kalau ditanya selalu alasannya lagi ga
bisa, lagi ada ini, lagi ada itu, kenapa sih?”tanya Metha juga pada Ardi. “Ga
napa-napa, gue cuma rada kecewa aja sama Tuhan.”jawab Ardi singkat. “Loe kecewa
sama Tuhan, masih bilang ga knapa-napa. Jelas-jelas itu udah knapa-napa.!!”kata
Rusdi. “Ayo donk Di cerita apa masalah loe, ini kan komsel, disini kita bisa
saling berbagi...”bujuk Nia. “Sebelumnya gue minta maaf sama loe orang soalnya
gue ga pernah cerita masalah gue ini..!”kata Ardi pada semuanya yang hadir
dikomsel. “Iya!”jawab semuanya kompak, “Sekarang ayo cerita, kita dengerin
kok..!!”kata Rusdi yang sudah tidak sabar mendengar cerita dari Ardi.
“Sebenarnya masalah ini udah 2 bulan sih...!”kata Ardi yang pembicaraannya
tiba-tiba langsung dipotong oleh Suvi “Hah!! Udah 2 bulan...ngga salah loe
nyimpan masalah sendiri selama 2 bulan?kok bisa yach, memang masalah apa sih?
Berat banget yach?”, “Huss, Suvi! orang lagi mau cerita dipotong!”kata Irvan
menegur Suvi, “Iya, sorry...gue cuma kaget aja.”jawab Suvi dengan perasaan
bersalah. “Iya, buat gue masalah ini berat banget. 2 bulan yang lalu gue
divonis sama dokter kalau gue....gue....kena kanker paru-paru!!”katanya sambil
menunduk sedih. “HAAAH...kanker paru-paru!!!”sahut mereka
serentak tanpa dikomando. Setelah suasana kembali tenang, Ardi kembali
melanjutkan ceritanya, “Gue sendiri juga shock banget waktu mendengar vonis
dari dokter, apalagi....katanya kalaupun gue bisa bertahan hidup itupun ga lama
± cuma setahun, gue bingung dan gue ga ngerti kenapa Tuhan kasih gue penyakit
yang berat padahalkan gue selalu setia ikut persekutuan juga berdoa...gue
kecewa, gue ikut Dia bukannya dikasih berkat malah dikasih penyakit, ga
tanggung-tanggung yang dikasih, kanker!!!”ceritanya dengan nada
rada kesal. “Ardi, Tuhan pasti punya suatu rencana yang indah buat loe.”kata
Irvan, “Rencana apaan? Apanya yang indah? Bentar lagi gue bakalan mati, Van!! Matiii!!!......Dan
gue belum mau mati, Van!!!”jawabnya kini dengan menitikan airmata. (*Didalam
komsel, mereka tidak pernah mengenal kata ‘laki-laki tidak boleh menangis’,
jadi jika mereka merasa ada sesuatu yang membuat mereka ingin menangis, mereka
akan menangis, apalagi menangis dihadapan Tuhan.). “Irvan benar, Tuhan pasti
punya suatu rencana yang indah buat loe, mungkin saat ini kelihatannya memang
suram tapi jika loe terus berjalan didalam Kristus, pasti loe akan sangat
bersyukur atas apa yang terjadi pada loe saat ini.”kata Nia membangkitkan Ardi.
“Ardi, loe kan dah lama ikut Tuhan, pastinya Dia pernah kan tunjukin kuasaNya
ke loe?”tanya Metha, Ardi hanya mengangguk pelan. “Loe ingatkan dulu Dia pernah
memberikan mujizat sama loe waktu tanding basket disekolah dulu? Juga waktu
dimana loe bisa membawa ortu loe ke gereja?”lanjut Metha, Ardi hanya menjawab
dengan anggukan, “Gue percaya, Dia pasti bakalan memberikan mujizatnya lagi ke
loe!”kata Metha lagi, “Tapi kan itu dulu...!”jawab Ardi. “Di....Tuhan kita
Yesus Kristus itu...dari dulu, sekarang dan juga untuk selamanya tetap sama,
Dia ga bakalan berubah...!”kata Rusdi memberi semangat. “Benar kata Rusdi,
Tuhan kita ga bakalan berubah, yang berubah itu kita, yang pertamanya percaya,
jadi ragu.”kata Suvi menambah perkataan Rusdi. “Ardi, loe harus kembali percaya
sama Tuhan, jangan pernah kalah sama penyakit loe, apalagi sama iblis, dia
pasti bakalan senang banget lihat keadaan loe yang seperti ini...so kembali
bangkit dan percaya kalau Tuhan pasti nyatain mujizatNya buat loe, ingat Di,
Kuasa Tuhan kita lebih besar dari apapun juga yang ada didunia ini dan
kita-kita ini akan selalu ada bersama loe dan kita akan selalu senantiasa
berdoa untuk loe.”kata Nia. “Nia benar, kita akan selalu mendukung loe. Ok,
gimana kalau sekarang kita berdoa sama-sama, mau khan Di?”ajak Irvan, Ardi
hanya mengangguk. Lalu mereka sama-sama berdoa terutama untuk kesembuhan Ardi.
***
Empat bulan telah berlalu dan teman-teman Ardi masih senantiasa membantu dan
terus membangkitkan iman Ardi. Namun seiring berjalannya waktu dan mijizat
belum juga terjadi, iman dan hati Ardi kembali goyah. Ardi jadi terus
memikirkan hidupnya yang hanya tinggal setengah tahun lagi jika dihitung secara
medis. Pertanyaan demi pertanyaan kembali hadir dibenak Ardi. “Tuhan, aku sudah
berusaha kembali percaya padaMu, aku sudah kembali mengikuti persekutuan demi
persekutuan, dirumah setiap hari aku selalu berdoa, tapi mengapa sampai hari
ini Kau masih belum juga menyatakan mujizatMu, aku selalu menantikan mujizatMu
setiap hari....katanya kuasaMu lebih besar dari apapun, tapi kenapa penyakitku
masih ada? hidupku sekarang tinggal setengah tahun lagi...Aku belum mau mati,
aku masih ingin hidup, Tuhan!! Tidakkah Kau mengerti akan keadaanku?”seru Ardi
pada Tuhan.
***
Seperti biasanya, didalam Komsel mereka selalu berbagi cerita. Tibalah giliran
Ardi bercerita, “Gue, gue ga tau.”kata Ardi singkat. “Ga tau gimana, maksud
loe?”tanya Suvi. “Entahlah gue ga ngerti sama Tuhan, udah beberapa bulan ini
gue selalu berdoa dan berusaha untuk selalu beriman untuk kesembuhan gue, tapi
sampai sekarang tanda-tanda kesembuhan belum ada sama sekali. Setiap hasil
chek-up gue keluar, hasilnya selalu sama bahkan sempat drop, tapi gue tetap
berusaha untuk mensupport diri gue sendiri dan terus berusaha untuk percaya
sama Tuhan dan berusaha untuk yakin bahwa gue pasti bakalan sembuh, dan
sekarang ini udah memasuki bulan keenam semenjak gue divonis dokter dan loe
orang udah tahu kalau dokter juga menvonis hidup gue tinggal setahun dan
sekarang udah lewat setengah tahun, itu berarti hidup gue tinggal setengah
tahun lagi, tapi mujizat itu belum juga ada....gue takut...gue ga mau mati
muda!!”kata Ardi mengungkapkan perasaannya. “Di...kita semua ngerti apa yang
loe rasain saat ini, loe ga boleh nyerah. Dan ingat, waktunya Tuhan bukanlah
waktu kita. Percaya deh, Tuhan menjadikan segala sesuatunya baik. Gue percaya
mujizat pasti terjadi atas loe, hanya saja kita ga akan pernah tau kapan hal
itu terjadi karena itu waktunya Tuhan.”kata Rusdi mendukung Ardi. “Iya, Di..!
mungkin saat ini Tuhan lagi menguji iman loe.”kata Metha. “Menguji?? Tapi sampai
kapan?? Sampai tunggu gue dah sekarat banget?? Lagian kata dokterkan itu pun
kalau gue masih bisa bertahan, kalau ga?? Sewaktu-waktu gue bisa aja mati!!
Lagian Gimana kalau tiba-tiba gue drop lagi, kayak waktu itu?? Kebayang donk
gimana takutnya gue...!!??”tanya Ardi resah.
“Ardi kita semua ngerti apa yang loe rasain saat ini.”kata Nia
menenangkan Ardi yang sedang kalut. “Ardi, tau apa kekurangan gue?”tanya Nia
padanya, “loe kehilangan penglihatan loe sejak kecil.”jawab Ardi. “Yap, secara
manusia gue pengen banget bisa melihat dan itu adalah hal yang sangat
didambakan oleh orang-orang yang seperti gue, yang buta ini. Semenjak gue kenal
Yesus, gue sama seperti loe, didalam doa gue selalu menyisipkan sebuah doa
yakni mata gue bisa dicelikan agar gue bisa hidup normal seperti anak-anak
lainnya, bisa main lari-larian sama teman-teman gue, bisa tahu apa yang ada di
sekitar gue, dan masih banyak lagi yang pengen gue lakukan kalau gue bisa
lihat. Tapi..sampai sekarang ini dan umur gue udah 18 tahun Tuhan belum juga
kasih gue penglihatan seperti layaknya loe orang yang punya mata normal.
Tapi...gue sama sekali ga kecewa sama Tuhan atas kondisi diri gue ini dan gue
malah bersyukur banget.”sharing Nia. “Ga kecewa? Malah bersyukur? Apa maksud
loe dan kenapa?”tanya Ardi heran. “Yach...gue bersyukur karena atas didikan
dari ortu gue saat ini gue bisa hidup mandiri dan membuat gue semakin hari
semakin mengenal Yesus. Gue memang ga pernah tau rupa Yesus dalam manusia itu
seperti apa karena gue ga bisa lihat gambar-gambar wajah Yesus yang dipajang
ditiap rumah. Tapi gue bisa merasakan kehadiranNya yang sangat dekat sekali
sama gue, gue bisa merasakan Dia melalui mata bathin gue. Dulu gue juga pernah
seperti loe, gue juga pernah tanya sama Tuhan kenapa doa gue ga pernah dijawab,
kenapa mujizat ga terjadi atas gue, tapi itu dulu, sekarang gue udah dengar
kebenaranNya bahwa segala sesuatu yang Tuhan rancangkan adalah baik, dan
sekarang gue benar-benar merasakan bahwa rancanganNya itu memang baik buat
gue.”kata Nia panjang lebar. “Baik, kata loe? Baik dimananya?”tanya Ardi. “Loe
lihat diri gue, keadaan gue sehat-sehat aja sampai sekarang itu adalah
kemurahan dari Dia buat gue...gue bisa memainkan piano dengan baik sehingga gue
bisa pelayanan digereja itu juga adalah karunia yang luar biasa yang Dia kasih
buat gue dan yang terpenting dan yang terutama adalah karena pengorbananNya-lah
jiwa gue selamat dan gue yakin kita semua yang percaya tidak akan pernah mati,
kalaupun iya itu hanya sementara itupun daging kita yang mati, tapi roh dan
jiwa kita akan tetap hidup dan kita akan hidup bersamaNya disurga kelak. Jadi
bagi gue, buat apa mengejar penglihatan secara fisik namun ketika gue bisa
melihat dunia gue malah menjadi orang yang lupa diri karena mata gue disibukan
dengan apa yang ada didunia ini dan malah membutakan mata rohani gue, jika mata
rohani kita menjadi buta mata maka sia-sialah apa yang telah kita kerjakan
selama ini karena kita kehilangan keselamatan yang sudah kita peroleh dan pada
akhirnya neraka yang kita terima. Jadi buat gue Yesus lebih berharga dari
apapun yang ada dan gue benar-benar sangat bersyukur atas kekurangan diri gue
ini karena dibalik semuanya itu Tuhan banyak memberikan gue karunia-karuniaNya
sehingga gue bisa melayani Dia dan gue sangat percaya akan semuanya itu dan gue
menyerahkan hidup dan mati gue kedalam tanganNya, karena gue ada sampai saat
ini, itu semua karena Dia. Dan gue ga takut sama apa yang ada didunia ini, gue
hanya takut sama Tuhan aja. Ini adalah kesaksian nyata dari gue, gue harap saat
ini loe juga meletakkan hidup dan mati loe hanya sama Yesus. Loe yakin Yesus
udah selamatin dan udah menjadi Tuhan buat loe secara pribadi, itu artinya loe
juga harus percaya Yesus itu diatas segalanya, apalagi terhadap penyakit yang
loe derita sekarang ini, itu ga ada apa-apanya dibandingkan dengan keselamatan
yang udah Dia beri buat loe, Ok!!”kata Nia dengan bijaknya kepada Ardi. Ardi
mengangguk mengerti sambil berkata, “Maut aja bisa Dia kalahkan, apalagi
penyakit gue yang jauh lebih kecil daripada maut.”. “Ok, gimana kalau sekarang
kita tutup komsel ini dan kita berdoa, soalnya dah malam nih...”ajak Suvi pada
yang lainnya. “Ok, Yuk!”kata Irvan sambil memimpin doa untuk mengakhiri komsel
malam ini dan sekaligus berdoa untuk kesembuhan Ardi.
****
.Kini Ardi sudah melewati hampir setengah tahun lagi, semenjak malam komsel itu
Ardi mampu melewati hari-harinya dengan baik dan penuh dengan sukacita, tak
lagi ia mengeluh bahkan imannya semakin hari semakin diperbaharui, tak lagi ia
memfokuskan hidupnya hanya untuk mengejar dan mengharapkan mujizat walaupun
secara manusia Ardi sangat menginginkannya, karena Ardi telah mngerti bahwa
kehidupan yang erat bersama Yesus jauh lebih penting dari apapun. Walaupun saat
ini adalah saat-saat yang menegangkan untuk Ardi secara manusia karena sudah
memasuki batas umur untuk hidup menurut catatan medis, tapi Ardi sama sekali
tidak takut lagi akan kematian. Kini Ardi sangat yakin bahwa apa pun yang
terjadi pada dirinya kelak adalah merupakan bagian dari rancangan Allah yang
baik. Ardi semakin yakin akan Kristus dan dia percaya bahwa disaat dirinya
lemah maka disaat itulah Kuasa Allah akan dinyatakan.
Ditempat
tidur ia tergeletak tak berdaya, tubuhnya dipenuhi dengan selang infus, hal ini
dilakukan agar Ardi bisa bertahan hidup. Disaat keadaannya yang lemah ini, ia
berdoa: “ Tuhan, Engkau yang mengetahui akan kehidupanku... Secara manusia aku
masih ingin sekali hidup. Aku percaya akan kuasaMu, karena Kau adalah Allah
yang Maha Kuasa, Allah yang Dasyat, Kau mampu melakukan segala perkara. Jikalau
aku Kau izinkan hdiup, satu hal yang ku minta, jadikanlah aku saksiMu untuk
menyatakan kebenaran akan Engkau dimanapun aku berada, tapi semuanya itu
biarlah kehendak Mu yang jadi dan bukan kehendakku. Apapun yang Kau putuskan,
aku menerimanya dengan penuh ucapan syukur. I belive You, Jesus. Amin.”
Setelah berdoa Ardi langsung tertidur.
Keesokan harinya, ketika para
suster memeriksa keadaan Ardi, sungguh menakjubkan...nafasnya kembali normal
sehingga Ardi bisa kembali bernafas tanpa perlu bantuan selang dan juga tekanan
darahnya berangsur menuju kearah normal. Para suster langsung melaporkan apa
yang dilihatnya ke dokter yang menangani Ardi. Dokter yang melihatnya juga
takjub melihat kondisi Ardi, kemudian Ardi langsung dibawa ke ruang check-up.
Dan ternyata setelah hasil check-up-nya keluar, dokter berkata kepada Ardi,
“Ardi, pagi ini telah terjadi mujizat atas diri kamu. Kamu mau tau hasilnya?
Kanker yang ada diparu-parumu itu sudah tidak ada dan paru-parumu dinyatakan
sehat. Pasti keyakinan kamu-lah yang membuat mujizat ini terjadi.”katanya. Ardi
tersenyum penuh dengan ucapan syukur atas mujizat yang luar biasa ini, “Dokter,
tau ga? Kepada siapa aku yakin?”tanya Ardi pada dokter itu dan dokter itu menggeleng. “Aku percaya akan
Yesus Kristus dan mujizat ini adalah berasal dari Dia. Dokter kenal dengan
Yesus?”tanya Ardi lagi, “Yach, aku sering mendengarnya, Dia merupakan salah
satu nabi besar.”jawab sang dokter. “Yesus bukan hanya sekedar nabi tapi Dia
juga adalah Tuhan dan juruselamat manusia. Dokter sudah menyaksikannya sendiri
bagaimana kuasaNya dinyatakan atas diriku...Dokter mau ga percaya dan menerima
Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat dokter secara pribadi..?”kata Ardi pada
dokter itu. “Hhhmm....akan aku pertimbangkan dulu dan sekarang kamu istirahat
dulu ya...2 hari lagi kamu sudah boleh pulang.”kata dokter. “Baiklah dokter,
terima-kasih yach...dan aku harap Dokter ga ragu akan Yesus karena aku
saksiNya..”kata Ardi sambil tersenyum kepada dokter itu.
2 hari
kemudian Ardi telah keluar dari rumah sakit dan satu hal yang sangat membuat
Ardi bersyukur adalah dokter yang merawatnya kini menerima Yesus sebagai Tuhan
dan juruselamatnya secara pribadi. Seminggu kemudian, Ardi pun mulai kembali
melakukan kegiatannya sehari-hari. Dan kini ia selalu memberitakan Yesus dengan
kesaksian hidup yang pernah dialaminya kepada orang-orang yang dikenalnya yang
belum percaya...dan kini anggota komsel mereka pun bertambah bahkan Suvi dan
Rusdi telah memiliki anak didikan yang baru...
Demikian kehidupan
mereka yang telah benar-benar Yesus ubahkan hingga mereka semua menjadi suratan
yang hidup bagi banyak orang....Allah kita Yesus Kristus adalah Allah yang
hidup, KuasaNya yang Dasyat tidak akan pernah berubah dari
dahulu, sekarang dan selamaNya. Amin! ***(Shanty)***
0 comments:
Post a Comment